Sunday, January 4, 2009

6th " Ayah, Kembalikan tangan Dita..."

diambil lagi dari emailku...
komentar:
1. bujud dah... ni cerita bikin wa sangat sedih...
2. Stress yah orangtuanya??????
3. smoga tidak terjadi lagi kejadian seperti ini....

Lets begin..............



> > ====== TRUE SORY ======
> >
> > Patut menjadi renungan...boleh terharu tapi mohon
> jangan meneteskan air mata kasian ama yang sebelah...
> >
> > Buat semua yang telah menjadi orang tua dan atau calon
> > orang tua.... Ingatlah.... semarah apapun, janganlah
> > kita bertindak berlebihan.. . Sebagai orang tua, kita
> > patut untuk saling menjaga perbuatan kita especially
> > pada anak2 yg masih kecil karena mereka masih belum
> > tahu apa2.
> >
> > Ini ada kisah nyata yg berjudul "Ayah, kembalikan
> > tangan Dita........ ."
> >
> > Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di
> > kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu
> > rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini,
> > perempuan cantik berusia tiga setengah tahun.
> >
> > Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan
> > pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.
> > Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang
> > dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di
> > halaman rumahnya.
> >
> > Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun
> > mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan,
> > tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka
> > coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil
> > baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap,
> > maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini
> > pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
> >
> > Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja
> > karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan
> > mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah
> > kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya,
> > gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain
> > sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu
> > berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
> >
> > Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri
> > itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan
> > bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak
> > yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit,
> > "Kerjaan siapa ini !!!" ....
> >
> > Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu
> > berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah
> > padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya.
> > Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia
> > terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan."
> > "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?"
> > hardik si isteri lagi.
> >
> > Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba
> > berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja
> > dia berkata "DIta yg membuat gambar itu ayahhh..
> > cantik ...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil
> > bermanja seperti biasa. Si ayah yang sudah hilang
> > kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon
> > di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke
> > telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa
> > apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas
> > memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang
> > tangan anaknya. Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja,
> > seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang
> > dikenakan.
> >
> > Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa...
> > Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan
> > kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah
> > masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut
> > menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
> >
> > Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang
> > tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu
> > rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya
> > dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga
> > menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena
> > air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu.
> >
> > Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama
> > pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan
> > si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya.
> > "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.
> >
> > Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil
> > itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah
> > konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari
> > berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya
> > sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari
> > bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam,
> > Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol
> > aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur
> > dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya
> > Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi
> > pintu kamar pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu
> > rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita
> > terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.
>
>> Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya
>> si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter
> > mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena
> > keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di
> > rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu.
> > "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang
> > mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena
> > sakitnya sudah terlalu parah. "Ini sudah bernanah,
> > demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus
> > dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu.
> > Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar
> > kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi
> > apa yg dapat dikatakan lagi.
> >
> > Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati
> > dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar
> > tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan.
> > Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang
> > disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia
> > juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa
> > putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke
> > wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat
> > mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si
> > anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu...
> >
> > Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau
> > lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita
> > sayang ayah.. sayang ibu.", katanya berulang kali
> > membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
> > "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang
> > wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung
> > histeris.
> >
> > "Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil..
> > Dita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana
> > caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau
> > bermain nanti?... Dita janji tdk akan mencoret2 mobil
> > lagi, " katanya berulang-ulang.
> > Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata
> > anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang
> > sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi
> > sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu
> > meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih
> > belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong
> > meski sudah minta maaf..
> >

No comments:

Post a Comment